BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab
Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60
tahun keatas”. Semua orang akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya
sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan oaring masa tua itu merupakan masa yang
kurang menyenangkan.
Sedangkan seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa
proses individual, antara lain :
a. Umur biologis : fungsi
berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada umur yang sama.
b. Umur Psikogis : kapasitas
adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang
sama.
c. Umur sosial : sejauh mana
individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan anggota masyarakat
dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis yang sama.
d. Umur fungsional : tingkat
kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat dibandingkan dengan orang lain
pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian
Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan
mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi
pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan
pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau
pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia.
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan lingkungan.
e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut usia.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
I. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA
Setiap
mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena
didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan
dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan
kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh
dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan
kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam
kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat
seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk
gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak
seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini
meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani
maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini
meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti
buah-buahan dan sayuran.
A FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan
akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan
mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami
pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah
dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
B MASALAH GIZI PADA LANSIA
1.
Gizi berlebih
Gizi
berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus
berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah
tinggi.
2.
Gizi kurang
Gizi kurang
sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan
penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya
rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah
terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila
konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan
protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun,
kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
C PEMANTAUAN STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur
minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari
0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko
terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm
– 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari
150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi
berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai
lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian,
kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi
palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi
obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang
ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia,
akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang
mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan
kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan
produk olahannya.
D. PERENCANAAN MAKANAN UNTUK
LANSIA
_ Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan
yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan
terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga
dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu : Pagi : Bubur
ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam 16.00 :
Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan pisang.
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan
banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari
makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah
kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula,
minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya
sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut :
· Makanlah
makanan yang mudah dicerna
· Hindari
makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
· Bila
kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus
lunak/lembek atau dicincang
· Makan
dalam porsi kecil tetapi sering
· Makanan
selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh
diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan
usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti :
kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan
dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng
_ Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk
mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan
berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan
sereal.
II. PEMENUHAN
NUTRISI UNTUK LANSIA
Lansia berisiko
tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga prevelansi
yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi sorotan dalam
sejumlah survei
(DHSS, 1997; Coates, 1985;
Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa sebagian besar lansia di komunitas
mengalami masalah nutrisi.
A.
Gizi tepat untuk lansia
B.
Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah
dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1
gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%),
kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
C.
Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada
makanan empat sehat lima sempurna.
D.
Karena lansia mengalami
kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan
harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong),
maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam
disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
E.
Makanan yang kurang baik bagi
lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus,
hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit
sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip
yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan
catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini
lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan
seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan
maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
F.
Lansia harus diberi pengertian
untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam
natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang
tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang
banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang.
Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang
tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini,
seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan
terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama
untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
G.
Lansia harus memperbanyak makan
buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan
serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
H.
Selain konsumsi sayur dan buah,
Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6
-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi
tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya,
jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang
juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo,
R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Gallo,
Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho,
Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter
& Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC
http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di
akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB (1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353